Senin, 27 Juni 2011

Aturan Honorer Dan PTT Dijanjikan Segera Terbit

JAKARTA-PELITAKARAWANG.COM-.Tinggal selangkah lagi dua Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang berkaitan dengan nasib honorer akan diterbitkan pemerintah. Meski RPP tentang PTT (Pegawai Tidak Tetap) masih dibahas alot di internal pemerintah, namun Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) EE Mangindaan optimis dalam waktu dekat ini keduanya sudah diterbitkan.

"Selangkah lagi proses penetapannya. Sekarang sedang dibahas di Menkopolhukam. Setelah itu kita ajukan ke presiden," ujar Mangindaan di Jakarta, Selasa (7/6).

Ditanya kapan pastinya RPP Honorer Tertinggal dan PTT diajukan, mantan gubernur Sulut ini mengatakan, masih menunggu kesepakatan beberapa instansi. Pasalnya, masih terjadi perbedaan pendapat tentang PTT.

"Kalau honorer tertinggal sebenarnya sudah oke. PTT-nya yang masih jadi persoalan. Beberapa instansi belum sepakat tentang peraturannya. Bila sudah clear kita serahkan ke Setneg. Setelah itu tergantung presiden kapan ditekennya," kilahnya.

Sebelumnya Sesmenpan-RB Tasdik Kinanto mengungkapkan, sekitar 47 ribuan honorer kategori I yang lolos verifikasi dan validasi. Sedangkan kategori II ada 600 ribu. Kedua kategori ini menunggu penetapan Menpan-RB untuk kemudian diumumkan ke publik. Hanya saja Menpan-RB belum bisa menetapkan karena masih menunggu RPP honorernya.

Kamis, 23 Juni 2011

Penciptaan Alam Dan Pembukuan Hubungannya Dengan Manusia SUNDA

     PELITAKARAWANG.COM-.Berbagai fenomena sosial dewasa ini diwarnai oleh berbagai peristiwa yang ditandai dengan munculnya Imperium baru, yaitu Neokolonialisme  dan Neoterorisme sebagai dua kekuatan besar di dunia. Dengan Lahirnya kedua Imperium tersebut telah berimbas kepada semua sektor pranata peradaban manusia di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia. Fenomena tersebut telah menimbulkan krisis multi dimensi dengan sikap skeptis yang dalam dan beku, persoalan degradasi moral dan runtuhnya rasa percaya diri, dan sederet pelanggaran administrasi, hukum dan lain-lain. Karena itu perlu ditemukan akar permasalahan guna dijadikan bahan perumusan yang akomoditif dalam usaha pemecahan masalahnya.
     Berdasarkan catatan sejarah semua umat Nabi dari Adam ( SUNDA), sebelum Indonesia lahir, Fokus pengamatan ditujukan kepada sebuah wawasan yang melatarbelakangi kelahiran Indonesia saat itu, yaitu wawasan Nusantara yang memandang batas-batas administratif berdasarkan pengertian Nusa dan Antara yang analog dengan budaya agraris dan maritim. Itulah suatu perpaduan antara dua peradaban yang menjadi warna utama dari peradaban manusia pimpinan di dunia yang menganut tataran semua umat Nabi dari Adam (SUNDA).
     Untuk menyongsong babak baru yang lebih baik dan menjadikan perdamaian abadi diperlukan sebuah karya besar dalam proses rehabilitasi "Visi" dengan jalan mengacu kepada paradigma semua sumber ilmu dari Al-Quran dengan falsafah "SUNDA" yaitu "Keluhuran Hati Budi Nurani" yang aplikasinya dijalankan oleh para Nabi dan Rasul terutama Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW dan para pinisepuh raja-raja Tarumanagara Padjajaran dalam kepemimpinan yang arif dan bijaksana tapi tegas dalam tindakannya.
     Kepemimpinan sampai saat ini apalagi kepala daerah sekarang merupakan posisi strategis dalam kehidupan suatu daerah disebabkan persoalan yang akan timbul, karena dengan adanya arus globalisasi dan transparansi membutuhkan figur bagi pemimpin yang dapat diandalkan untuk dijadikan suriteladan bagi rakyat dan daerahnya.Karena Fungsi Pemimpin sebagai sumber inspirasi dan gagasan, juga sebagai penggerak seluruh komponen bangsa untuk bersatu padu dalam memecahkan setiap permasalahan secara bersama-sama dan demokratis.

        Untuk itu perlu adanya kegiatan kembali pembinaan "Keluhuran Hati Budi Nurani" oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan harus diikuti oleh semua jajarannya dalam  bertugas dan bekerja dengan maksud dan tujuan untuk menemukan opsi, solusi, dan jalan keluar dari berbagai masalah Nasional/ regional dan daerah dalam rangka memperkokoh ketahanan NKRI agar segera diselesaikan, karena berbagai faktor lokal,regional dan global yang menghantuinya bisa meningkatkan semangat kejuangan atau kepeloporan dalam mempertahankan NKRI.

          Atas dasar itulah maka kepemimpinan SUNDA perlu dilaksanakan secara intensif berdasarkan "Keluhuran Hati Budi Nurani" sebagai filosofi "SUNDA" dalam rangka kembali kepada fitrahnya.


Diambil dari :

Fitrah Manusia  Pembaharuan Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
                     "SUNDA" Nusantara (Semua Umat Nabi dari Adam)
                     Prof. DR. H.R.E. Kosasih Taruna Sepandji,MS









Senin, 20 Juni 2011

Monumen Rengasdengklok

Rengasdengklok merupakan sebuah nama yang tidak lagi asing ditelinga sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, karena nama itu selalu dihubungkan dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rengasdengklok adalah ke tempat dimana Soekarno dan Hatta ‘dibawa’ pada 16 Agustus 1945, dalam suatu upaya yang dilakukan oleh beberapa orang pemuda untuk mempercepat proklamasi. Nama itu akan tetap tinggal nama, jika saja dalam suatu perjalanan pulang ke Jakarta melewati tol Cikampek – Jakarta, saya gagal mendorong diri untuk berbelok keluar di pintu tol Karawang Barat. Hanya berbekal nama, mobil pun melaju untuk mencari tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya itu.
Di pintu tol, gadis penjaga gardu tol berkata bahwa saya harus berbelok ke kiri ketika bertemu lampu merah, dan lalu belok ke kanan saat menjumpai stasiun bus Tanjung Pura. Saya ikuti petunjuknya. Dari pintu tol sampai ke lampu merah jaraknya sekitar 6,6 km, dan sekitar 3,4 km lagi untuk sampai di stasiun bus Tanjung Pura.
Mengikuti jalan utama, setelah sekitar 12,1 kilometer dari stasiun bus Tanjung Pura, mobil berbelok ke kiri setelah melihat ada papan penunjuk jalan ke arah monumen Rengasdengklok. Jalan yang rupanya baru dibuat belum terlalu lama itu membujur melewati persawahan sepanjang 2,2 kilometer sebelum akhirnya sampai ke monumen. Perjalanan secara keseluruhan adalah 24,3 km dari pintuk keluar tol Karawang Barat. Ada perasaan senang di hati, karena akhirnya berhasil juga menemukan tempat itu.
Monumen Rengasdengklok
Sebuah tanda berbunyi “Selamat Datang di Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok“. Beberapa pekerja tampak tengah mengganti pagar yang mengelilingi monumen.
Peristiwa Rengasdengklok adalah insiden penculikan Soekarno dan Hatta yang dilakukan oleh pemuda kelompok Menteng 31 pada 16 Agustus 1945. Fatmawati dan Guntur juga ikut dibawa ke sana.
Monumen Rengasdengklok
Tempat yang sekarang menjadi Monumen Rengasdengklok itu sebelumnya adalah markas PETA (Pembela Tanah Air). Di tempat inilah, Soekarno dan Hatta diminta oleh para pemuda itu untuk mempercepat proklamasi, namun mereka menolak.
Monumen Rengasdengklok
Konon pada tanggal 16 Agustus 1945, di Monumen Rengasdengklok ini sudah dilangsungkan upacara pengibaran bendera merah putih.
Monumen Rengasdengklok
Untuk alasan keamanan, Soekarno dan Hatta kemudian dikawal pergi menuju ke sebuah rumah yang agak terpisah dari rumah-rumah lain yang berada di dekat sungai Citarum. Rumah ini dimiliki oleh (alm) babah Djiaw Kie Siong. Pada 1957, rumah tersebut dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini karena terancam abrasi sungai Citarum.
Monumen Rengasdengklok
Saya berkesempatan bertemu dan berbincang dengan Pak Daniel, yang adalah cucu dari babah Djiaw Kie Siong, yang sekarang ditugasi merawat rumah bersejarah itu.
Monumen Rengasdengklok
Di atas meja terdapat sebuah buku tamu dan beberapa buah foto. Meskipun foto Megawati terpajang di atas meja itu, namun sampai saat itu ia belum pernah berkunjung ke tempat itu.
Monumen Rengasdengklok
Foto di atas adalah replika tempat tidur yang pernah dipakai oleh Bung Karno untuk beristirahat pada peristiwa Rengasdengklok. Tempat tidur aslinya telah dibawa atas perintah Mayor Jenderal Ibrahim Adjie, yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi, untuk ditempatkan di museum tentara di Bandung.
Monumen Rengasdengklok
Ipar Pak Daniel tengah menunggui warung yang terletak di depan rumah.
Monumen Rengasdengklok
Buah sawo ini menyegarkan ingatan masa kanak-kanak, ketika tiga buah pohon sawo yang berukuran sangat besar masih berdiri tegar di sekeliling rumah keluarga di sekitar Masjid Mersi Lor, Purwokerto. Tidak jarang saya memanjat pohon yang besar dan tinggi itu untuk mencari buah yang sudah agak matang, atau hanya sekadar berbaring menikmati silir angin di dahannya yang besar.
Monumen Rengasdengklok
Santapan yang mungkin tidak terlalu sehat buat tubuh orang yang sudah mulai berumur, namun saya habiskan juga makanan yang dijual oleh ipar Pak Daniel ini.
Monumen Rengasdengklok
Sebelum meninggalkan Monumen Rengasdengklok itu, saya sempatkan naik ke bibir sungai Ciliwung dan mengambil beberapa potret. Pemerintah daerah setempat saat itu tengah membangun dinding beton untuk mencegah abrasi sungai. Namun pekerjaan ini terhenti, nampaknya karena alokasi dananya tidak kunjung turun.
Monumen Rengasdengklok
Sebelum terjadi krisis ekonomi 1998, pemerintah telah mulai membangun sebuah monumen besar untuk melengkapi Monumen Rengasdengklok yang sudah ada. Namun sebagaimana dinding beton tepi Citarum, pekerjaan pembuatan monumen ini juga terhenti karena ketiadaan perhatian dan dana.



Budi Hermawan [ Sumber ]

Mengapa terjadi peristiwa Rengasdengklok?

Letak RengasdengklokPeristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31“) terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepa-katan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemer-dekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang.
`           Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:
  • agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
  • mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.
Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.

Para Pemuda Pejuang di Rengasdengklok

Beberapa orang pemuda yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok ini antara lain:
  • Soekarni
  • Jusuf Kunto
  • Chaerul Saleh
  • Shodancho Singgih, perwira PETA dari Daidan I Jakarta sebagai pimpinan rombongan penculikan.
  • Shodancho Sulaiman
  • Chudancho Dr. Soetjipto
  • Chudancho Subeno sebagai pemimpin Cudan Rengasdengklok (setingkat kompi). Chudan Rengasdengklok memiliki 3 buah Shodan (setingkat pleton) yaitu Shodan 1 dipimpin Shodancho Suharjana, Shodan 2 dimpimpin Shodancho Oemar Bahsan dan Shodan 3 dipimpin Shodancho Affan.
  • Honbu (staf) yang dipimpin oleh Budancho Martono.
  • Kiki Abdul Gani.

Budi Hermawan [ Sumber ]

Minggu, 19 Juni 2011

Meriah, Hari Pertama Istana Bogor Open 2011


Meriah, Hari Pertama Istana Bogor OpenBOGOR - Hari pertama Istana Bogor Open, Senin (13/6), setidaknya dikunjungi  2.600 orang warga umum dari dalam dan luar Kota Bogor.   Dari 2.600 pengunjung masuk ke Istana Bogor dibagi dalam 13 kali pemberangkatan. Pelepasan  rombongan pertama masuk ke Istana Bogor dilakukan Asisten Tata Praja Sekretariat Daerah Kota Bogor Ade Syarif Hidayat selaku Ketua Panitia Hari Jadi Bogor (HJB) ke 529 dari Halaman Gedung DPRD Jalan Kapten Muslihat No : 12 Kota Bogor, Senin (13/6/2011).
Keberangkatan rombongan pertama masuk Istana Bogor dipandu oleh tiga  orang lengser personil Gogonjakan Orang Bogor (Gorobog), komedian asli Bogor yang aktif mengisi acara  disalah satu televisi lokal  Bogor.
Disusul rombongan kedua Grup Reog Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Bogor dipimpin Kasubag Pemberitaan  Eddy Rusjadi dan rombongan kelompok iket kepala yang terdiri Staf Humas dan Kantor Kominfo Kota Bogor serta wartawan media cetak dan elektronik.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, rute masuk Istana Bogor kali ini melalui pintu yang biasa digunakan para pejabat negara.
“Jika tahun sebelumya warga yang akan masuk Istana Bogor digiring melalui pintu samping Gereja Zebaoth, kali ini warga digiring melalui pintu yang biasa digunakan para pejabat negara, “ kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Artiana Yanar Anggraeni.
Menurut Artiana, perubahan rute  masuk ke Istana Bogor ini disebabkan karena tidak adanya izin dari pihak Kebun Raya Bogor. “ Kami mohon maaf kepada para pengunjung Istana, untuk kali ini rutenya di berubah, sehingga pengunjung dari Istana tidak bisa langsung masuk ke Kebun Raya Bogor, “ ujarnya.
Artiana mengatakan, warga yang mendaftar untuk masuk ke Istana Bogor hingga hari Minggu (12/6) kemarin, tercatat 46 ribu orang. “Selama program berlangsung, panitia tetap membuka pendaftaran bagi masyarakat yang berminat karena karcis masuk  masih tersedia cukup banyak, “ katanya.
Istana Bogor open kali ini digelar dalam rangkaian memperingati Hari Jadi Bogor ke-529.  Kegiatan ini  akan berlangsung  13-16 Juni 2011 dan 20-21 Juni 2011 atau selama tujuh hari kerja.
Setiap harinya ada 13 kali pemberangkatan, setiap rombongannya berisi 200 orang, yang mendapat karcis masuk Istana Bogor untuk berkunjung hari tersebut.
Diantara pengujung Istana Bogor ada salah satu ibu bersama seorang anaknya datang dari Pekanbaru Riau “  Kami sengaja datang dari Riau hanya ingin tahu Istana Bogor, karena selama ini kami hanya tahu Istana Bogor dari pemberitaan media, “ kata Ny. Isyana yang datang ke Bogor diantar oleh seorang putrinya.
Pengunjung Istana Bogor Open selain dapat berfoto di halaman depan Istana, juga bisa melihat-lihat koleksi lukisan dan foto di Gedung Ruang Pamer Karya Seni yang ada di Kompleks Istana.

Budi Hermawan [ PosKota ]