Senin, 08 Agustus 2011

Membakar kembali Semangat Revolusi di Bulan Ramadhan


  
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan ketika umat Islam sedang menjalankan ibadah Puasa. Saat Soekarno membaca teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, umat Islam sudah sembilan hari menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun 1364 Hijriyah.
Semangat dari proklamasi itu membakar puluhan juta rakyat Indonesia di seluruh negeri untuk bangkit melawan penjajah. Kini, peringatan ke-66 Hari Kemerdekaan RI kembali bertepatan dengan Ramadhan. Bahkan, 17 Agustus 2011 bertepatan dengan 17 Ramadhan 1432 H, tanggal yang diyakini sebagai permulaan turunnya kitab suci Al Quran.
Sayang, setelah hampir 66 tahun sejak revolusi Agustus dimulai, sebagian orang menganggap revolusi Agustus sudah berhenti, sudah selesai, dan gagal total. Padahal revolusi Agustus tidaklah berhenti total atau sudah selesai. Revolusi Agustus sedang dikebiri oleh kekuatan yang tidak pro terhadap rakyat. Dan jika rakyat sudah menemukan kembali semangat dan keberanian dari rohnya revolusi Agustus, maka jiwa dari revolusi Agustus akan kembali berkobar membakar kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme gaya baru.
Makna kemerdekaan yang dicita-citakan  oleh pejuang kemerdekaan zaman dahulu adalah  bangsa ini bebas menentukan nasib,  bebas menentukan tujuan hidup bangsanya yang tidak dianulir oleh bagsa lain bebas menetukan arah bangsa dalam melaksanakan sesuatu yang tentunya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan untuk mencita-citakan hal tersebut tentunya tidak semudah mebalikkan telapak tangan dan sebagaimana yang kita ketahui setelah diproklamsikannya  Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berbagai rongronggan yang datang menghapi bagsa ini,  seperti masuknya Sekutu yang diboncengi oleh Belanda (NICA) ke berbagai wilayah Indonesia, dan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam, Belanda .
Terdapat banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet, Aksi Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya,  begitulah sedikit catatan sejarah bangsa ini yang menjadi catatan  yang tak mungkin untuk kita lupakan.
Merdeka  tidak selalu berarti bebas, hidup dan kehidupan ini mempunyai aturan dan  rambu-rambu yang harus selalu kita ikuti  dan kalau kita hubungkan dengan pelaksanaan ibadah puasa tentu saja mempunyai kolerasi  dengan  ibadah puasa yang kita jalankan saat ini. Puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa mulai terbit pajar hingga terbenamnya matahari, puasa bukan saja dapat membebaskan manusia dari belenggu hawa nafsu tetapi dapat menuntun manusia ke arah yang lebih baik dalam hidup dan kehidupan ini, memahami penderitaan orang lain, saling berbagi dengan sesama yang karna pada fitrahnya manusia adalah mahluk yang sama disisi Allah SWT.
Memerdekakan hawa nafsu di bulan ramadhan bukan berarti bebas bertindak melakukan segala sesuatu sekehendak hati semua itu ada batasnya, sama halnya dengan makna dan arti Kemerdekaan berbangsa dan bernegara ada aturan merdeka yang harus kita ikuti yang kalau dilanggar tentu saja akan menyebabkan kekacauan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemerdekaan yang terlalu bebas tentunya akan dapat menganggu kesetabilan bangsa ini. Disini penulis coba memaparkan beberapa pengertian merdeka yang mungkin menjadi pola pikir pada masing-masing kita dan mudah-mudahan tidak ada dalam arti merdeka seperti ini:
(1) merdeka, bagi golongan kapitalis atau pemodal ialah memperoleh keuntungan yang  berlipat ganda, jika pemikiran ini diterapkan tentu saja dapat mengesampingkan nilai kemanusiaan dimana moral tidak membawa sebarang arti,  tanpa memperhatikan  aturan agama dan mungkin uang akan menjadi yang maha kuasa.
(2) merdeka, bagi golongan yang berkuasa adalah  mempertahankan kekuasaan yang mungkin dengan melakukan berbagai cara,  tanpa kekuasa mungkin semuanya  menjadi hampa. Pemikiran yang berkecamuk adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan, segala usaha bagi mempertahankan kuasa adalah halal.  Selagi kuasa di tangan, tiada apa yang boleh dianggap salah. Semuanya bisa diatur, diarah dan dipaksa.
(3) merdeka, bagi yang  belum mendapatkan kekuasaan adalah berpikir bagaimana mendapatkan kekuasaan, yang salahnya adalah terkadang harus menjual prinsip, mengadaikan akhlak dan mengorbankan saudara dan teman dekat, demi mendapatkan kekuasaan tersebut.
(4) merdeka, bagi kalangan pemuda mungkin saja adalah  bebas tanpa batasan. Jika pemikiran merdeka bebas tanpa batas ada dikalangan pemuda tentunya dapat kita pastikan apa yang akan tejadi pada masa depan Negara ini.  Begitu banyak dan beragam pengertian merdeka bagi tiap individu, kerana banyak dan beragama inilah menyebabkan kita keliru dan sampai saat ini masih keliru dan  tidak memahami  apakah makna sebenarnya merdeka bagi Negara ini dan bagi kita semua sebagai masyarakat.
Sesungguhnya Islam lahir membawa misi kemerdekaan dan kebebasan serta ingin mengantarkan segenap manusia kembali kepada fitrah mereka yang suci. Misi kemerdekaan dan kebebasan yang diperjuangkan oleh Islam merupakan inti dari idiologi yang benar yaitu tahrirul ‘ibad min ibaadatil ibaad ilaa ibaadati rabbil ibad “, membebaskan manusia dari penghambaan, belenggu, dari ketergantungan kepada sesama manusia menuju penghambaan dan pengabdian yang totalitas kepada Tuhan sang pencipta makhluk alam ini. Allah menyebutkan didalam surat Ibrahim ayat 1-2.
Sumbangan para pahlawan serta umat Islam dan pemuka agama lainnya  begitu besar dan menentukan dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah dan meraih kemerdekaan. Betapa kontribusi mereka yang sangat bernilai dimata bangsa ini harus senantiasa dijadikan suatu semangat untuk mengukir prestasi sebagai bentuk relisasi dari rasa syukur kepada Allah swt. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya.
Seandainya setiap kita bisa menagkap makna kemerdekaan yang hakiki ini tentunya tidak akan dianggap remeh oleh bangsa lain begitu juga dimata Tuhan, kemerdekaan di bulan suci ramadhan adalah kemerdekaan yang disucikan disini mengandung arti bahwa sebagai bangsa kita dimerdekakan  yang seterusnya kemerdekaan ini disucikan yang dengan tujuan agar lebih terarah, bersih untuk melangkah kemasa depan yang penuh dengan harapan.
“Mencintai tanah air adalah bagian dari iman”. Berpuasa Ramadhan juga adalah bagian dari iman, bahkan wajib hukumnya; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. “ (QS. Al-Baqarah: 183). Dari hadits dan ayat  tersebut ada keterkaitan yang sangat erat dalam perayaan kemerdekaan di Bulan Suci Ramadhan. Setiap orang yang beriman dituntut untuk memelihara kesucian dirinya baik lahir maupun batin.  Kesyukuran yang tertinggi bagi kita bukan hanya bangsa ini telah meraih kemerdekaan, tetapi kesyukuran kita selaku umat
Islam adalah bahwa kita tidak sekedar menjadi penonton didalam mengisi kemerdekaan ini, tapi semampu mungkin menjadi pemain dan ikut ambil bagian sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Akhir dari tulisan ini penulis mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa mohon maaf atas segala kekurangan terutama dalam tulisan ini semoga apapun yang kiranya baik bagi pemahaman kita akan menjadi perubahan dalam kehidupan ini. Semoga. Merdeka…!!!