PELITAKARAWANG.COM-.Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat penting. Berbagai macam alat dan teknologi dibuat dengan tujuan memudahkan untuk memperoleh air bersih. Tetapi layaknya sebuah teknologi, perlu pemahaman tentang bagaimana cara menggunakan dan merawatnya.
Norma Alcantar, seorang ilmuwan dari University of South Florida AS, melihat tidak menariknya teknologi pemurnian air yang ada saat ini, terutama bagi masyarakat di negara-negara berkembang, karena tidak semua orang bisa dan bersedia mempelajari dan melakukan kedua hal tersebut, akibatnya adalah alat dan teknologi tersebut diabaikan dan tidak digunakan sama sekali. Belum lagi biaya perawatan yang harus dikeluarkan demi menjaga tetap berfungsi optimalnya alat dan teknologi pemurnian air saat ini.
Sekali lagi alam dan sejarah telah memberikan contohnya. Bersama dengan beberapa rekannya memutuskan untuk meneliti sebuah tanaman yang sanggup hidup di lahan tandus dan banyak dijumpai di seluruh dunia. Pilihan jatuh pada kaktus pir yang berduri atau bahasa latinnya Opuntia ficus-indica. Kaktus jenis ini telah digunakan sejak abad ke-19 oleh masyarakat Meksiko sebagai pemurni air.
Alcantar mendapati bahwa getah kental yang terdapat pada tanaman dan biasanya berfungsi sebagai penyimpan air ternyata bersifat pengental. Pada uji cobanya dengan penambahan air dan dicampur dengan sedimen serta bakteri pada kadar yang tinggi, ternyata terjadi penggumpalan partikel sedimen dan mengendap di dasar air. Getah tersebut juga mengakibatkan 98% bakteri menyatu dan memudahkan untuk disaring.
Masyarakat di negara berkembang bisa memanaskan sepotong kaktus agar mengeluarkan getahnya, kemudian menambahkannya ke dalam air yang memerlukan pemurnian, tambah Alcantar. Meratanya kaktus, keterjangkauan dan budaya menjadikan bahan alam tersebut sebagai teknologi pemurnian air yang menarik. Hasil penelitiannya tersebut juga telah dipublikasikan di jurnal Environmental Science and Technology.
Meski terlihat sederhana, tampaknya masih ada yang harus dilakukan agar teknologi alam tersebut berfungsi optimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Colin Hirwitz, kepala teknologi di perusahaan katalis GreenOx Catalysts, yang menggarisbawahi masih ada beberapa masalah yang perlu dijawab, antara lain seberapa banyak lahan dan air yang dibutuhkan untuk menanam kaktus bagi keperluan pemurnian air dalam jumlah yang lebih banyak, serta bagaimana seseorang mengetahui bahwa semua bakteri yang menyatu sudah dibuang dari air yang dimurnikan dengan teknologi alami tersebut.
Meski demikian alternatif teknologi alami tersebut tetap menarik, dan hanya diperlukan beberapa langkah lagi untuk mencapai hasil optimalnya. Ketersediaan dan kemudahan dalam prosesnya menjadikan teknologi tersebut tepat guna./IBUY/RED.